Followers

Monday 27 February 2012

لَوْ كَانَ بَيْنَنَا الْحَبِيبِ (ANDAI TUAN BERSAMA KAMI)




لَوْ كَانَ بَيْنَنَا الْحَبِيبِ

لَدَيْنَا الْقَاصِى وَالْقَرِيبِ
مِنْ طَيْبَةٍ قَبْلَ الْمَغِيبِ
طَالِبًا قُرْبَ الْحَبِيْبِ
بِقُرْبِهِ نَفْسُ تَطِيبِ
فَتَدْعُ اللهَ يُجِيبِ
اَنْوَارُ طَاحَ لَا تَغِيبِ
بَلِّغْنَا لِقَاهُ يَا مُجِيبُ
فَدَتْكَ رُوحِي يَا حَبِيبِ
مُحَمَّدٌ مُكْرِمَ الْغَرِيبِ
بِقُرْبِكَ الْرُوحُ تَطِيبِ
يَا رَحْمَةً لِلْعَالَمِين
Andai Dia, Kekasih (Rasulullah S.A.W) ada bersama-sama kita
Akan datang kepada kita yang jauh dan yang dekat
Dari Taibah sebelum Maghrib
Berkehendakkan dekat dengan Kekasih
Dengan dekat denganNya hati menjadi tenang
Dan berdoalah kepada Allah, akan dijawabNYA
CahayaNya mekar tidakkan padam
Sampaikanlah pertemuan kami Wahai yang Maha Menjawab
Untukmu kuserahkan diri aku wahai Kekasih
Muhammad (S.A.W) yang memuliakan orang asing
Dengan dekat denganMu hati menjadi tenang
Wahai Rahmat sekelian alam

BIODATA SHEIKH AHMAD DABBAGH MANCHESTER ENGLAND (IN ENGLISH)


Sheikh Ahmad Dabbagh ketika Maulid Kubra 2012
                 Shaykh Ahmad Dabbagh is the teacher of a self-purification (tazkiyah nafs) in Tareeqah Muhammadiyah Shadhiliyah Qaaddiriyah, who resides in Greater Manchester, UK with his wife and children.


His family lineage links back to Imaam Hassan Al Basri (Rahimuallah). He was born in Pakistan and grew up in Denmark. His first teachers were his grandfather and grandmother (rahimullah) who were known as pious ascetic servants of Allah. His great grandfather Shaykh Khayruddeen Auliyah was a disciple of Shaykh Bahaudeen Zakariyya Multani Suharwardi (rahimullah).


At 6 years of age he had a desire to memorize the Quran, learn the Islamic sciences and spent the next few years of his life studying with a number of Mashayikh and Ulama from whom he received permission to teach these disciplines.


He has a postgraduate qualification from Salford University in Strategic Marketing and Financial Management from the University of Central Lancashire and has worked in the police and prison services in the UK. Now he chooses to drive for a means of livelihood and does not take any wage or salary for the work of deen.


In recent years he and those who are under his supervision have been helping others who seek the Closeness of Allah by establishing 4 zawiyahs in the North West of England and a TV station which can be viewed Wednesday and Thursday evenings between 05.30-06.30pm in the UK & Europe. He delivers up to 6 discourses a weeks which can be listened to live at this site www.zawiyah.org.


He has travelled to the holy cities of Medina/Mecca and Fez in recent years where those who desired to take the path of purification benefitted from his works and further took the teachings to Turkey, India, Pakistan, Bangladesh and the Middle East where zawiyahs have been established under his guidance. He received further ijazas from Shayukh in the Shadhili-Darqawi Tariqahs in addition to ijazas he has in Naqhsbandi, Suharwardi & Qadiri Tariqahs from various teachers.


The method of purification he currently teaches to those under his guidance links back to Sayyiduna Abdul Azeez DAbbagh (rahimullah) and is known as Tareeqah Muhammadiyah.
Shaykh Dabbaghs isnad in Tareeqah of Abdul Azeez Dabbagh rahimullah is also attached for you to view.

Islamic Education
1975 – 1989 Aqeedah : Sanad to Imam Abu Matureedi (Rahimullah)
Fiqh : Sanad to Imam Abu Haneefah (Rahimullah)
Hadith : Ijazah in six books of Hadith, Saheeh Muslim Muslim, Abu Dawood, Nisa’ie, Tirmidhi & Ibne Majah
Tazkiyah : Sanad to Syyiduna Abdul Jilaani (Rahimullah)
Seerah, Principles of Deen & Sanad of Hifz of the whole Quran.

Secular Education
1990 – 1995 Salford University & University of Central Lancashire
BTEC First Diploma in Business & Finance
BTEC National Diploma in Business Finance
Postgraduate Diploma in Business Administration
DPSI Diploma in Public Services interpreting work
1995 – Present Various Institutions
Teaching Languages (English, Urdu Arabic) 


Thursday 23 February 2012

Imam Musa al-Kazim ulama ahlul bait

Diceritakan drpd Syaqiq al-Balkhi ra katanya: Pada tahun 149H, saya berangkat ke Baitullah utk menunaikan haji.Dalam perjalananku, saya berhenti sebentar di kota Qadisiyah bersama rombongan yang lain menuju ke sana.

Sementara saya melihat-lihat orang ramai dengan pakaian2 mereka yg berbagai ragam, tiba2 pandanganku tertumpu kepada seorang pemuda yg sungguh cerah wajahnya.Yang seluruh tubuhnya dikelubungi oleh kain guni yang kasar, kakinya memakai terompah kayu.Pemuda ini duduk sendirian tersisih dari orang ramai.

Saya berkata pada diriku bahawa si pemuda ini berpura-pura hendak menjadi seorang sufi dan tentu nanti akan menjadi beban atas orang lain.Saya akan mendapatinya dan akan mengujinya, sesudah itu saya akan mencelanya atas sikap kepura-puraannya itu.

Apabila saya mendekatinya, tiba2 saya dengar dia berkata kepadaku: “Hai Syaqiq!Tidakkah kau tahu bahawa Allah telah berfirman yang bermaksud:

“Hai orang2 yang beriman!Tinggalkanlah banyak dari buruk sangka terhadap orang lain kerana setengah dari buruk sangka itu berdosa!”(al-hujurat:12)

Sesudah membacakan firman itu, pemuda itu lalu bangun dan beredar dari tempatnya.Rasaku tentu dia tersinggung, tetapi dari mana dia dapat membaca isi hatiku?Ajaib juga!Dia mengetahui namaku padahal saya sendiri tidak pernah bertemu dengannya.Ini adalah suatu perkara yang besar.Tentulah dia terhitung antara salah seorang solih yg termasyhur.

Saya kemudian segera mengejarnya dr belakang tetapi rupanya dia lebih cepat daripadaku.Saya tidak ketemu dia lagi, entah ke mana dia telah menghilangkan diri di antara orang ramai di situ.

Rombongan kami berangkat lagi dari kota Qadisiyah itu menuju ke Arafah.Ketika kami berada di sana saya bertemu sekali lagi dgn pemuda itu.Kali ini saya lihat dia sedang giat bersembahyang sedang semua anggota badannya bergoncang dan air matanya mengalir.Saya lalu duduk di dekatnya menunggu dia selesai dari sembahyang dan dalam hatiku mengatakan bahawa aku mesti maminta maaf atas kesilapanku.

Sesudah selesai dari sembahyang itu dia lalu menoleh kepadaku dan berkata: “Hai Syaqiq!Bacalah firman Allah yang bermaksud:

“Dan sesungguhnya Aku(Allah) adalah Maha Pengampun kepada siapa yang kembali kepadaKu, beriman kepadaKu, mengerjakan amal solih, kemudian dia mencari jalan yang benar”(Toha:82)

Begitu dia habis membaca firman itu,dia telah menghilangkan dirinya sekali lagi.Di sini lebih susah lagi bagiku untuk mengejarnya kerana kesesakan orang di tempat itu.

Saya terus tafakkur dalam diriku, kataku:Pemuda ini telah dua kali dapat membaca isi hatiku, lalu menegurku dengan ayat2 Quran.Maka tentulah dia ini dari para Abdal yang besar,meskipun dia masih muda umurnya.

Kemudian di waktu saya berada di Mina, sekali lagi saya melihatnya.Kali ini dia sedang menuju ke sebuah perigi.Di tangannya ada sebuah bekas untuk mengambil air.Saya segera menuju kepadanya.Pemuda itu lalu menghulurkan tangannya untuk mengambil air dan air ketika itu agak jauh sedikit untuk dijamah oleh tangan.Tidak disangka-sangka bekas itu terlepas dari tangannya lalu jatuh ke dalam perigi.Nah, apa yang hendak dibuatnya sekarang!-kataku di dalam hati.

Saya lihat dia mengangkat kepalanya ke arah langit seraya memohon, katanya:

Kepada Engkau kukembali bila aku merasakan kehausan!
DaripadaMu juga kuminta makanan bila aku merasakan kelaparan!
Ya Allah!Ya Tuhanku!Aku tidak punya bekas selainnya, janganlah Engkau ambil dia dari tanganku!

Begitu selesai dari doanya, demi Allah, saya lihat air perigi itu beransur naik seolah-olah ada mata air yang sedang mengisinya dari bawah.

Pemuda itu lalu mencelupkan tangannya ke dalam air perigi itu dan mengeluarkan bekas yang jatuh ke dalam air itu tadi.Dia lalu meminum air itu sepuas-puasnya, mengambil wuduk.Kemudian berdiri sembahyang 4 rakaat.Setelah habis dari sembahyang itu, dia terus mengambil segenggam dari pasir di tempat itu dan dibubuhnya ke dalam bekas itu serta dikocak-kocakkannya dgn air yang ada di dalam bekas itu lalu dia meminumnya.

Saya sungguh takjub sekali apa yang dibuat oleh pemuda itu lagi.Dia minum apa yang ada dalam bekas itu setelah saya lihat dia membubuh di dalamnya segenggam pasir itu.

Saya menghampirinya seraya berkata kepadanya:

“Berilah aku sedikit dari rezeki yg diberikan Allah kepadamu!”pintaku kepadanya.Saya lebih banyak ingin tahu apa yang di dalam bekas itu yang dimakan oleh pemuda itu, daripada merasa lapar dan hendak makan untuk mengenyangkan perutku.

Pemuda itu merenung wajahku seolah-olah dia mengingkari sesuatu pada diriku, kemudian dia berkata:

“Hai Syaqiq!Nikmat Allah itu terlalu banyak yang diberikanNya kepada kita, ada yang zahir dan ada yang batin.Bersihkanlah hatimu dan jangan suka mensyaki apa2!”

Pemuda itu lalu memberikan saya bekas itu, dan saya pun meminum daripadanya.Saya rasa dia itu bubur sawiq yang manis, dan rasanya enak sekali serta baunya harum pula.Demi Allah, saya belum pernah merasakan bubur sawiq yang begitu lazat seumur hidupku seperti apa yang saya makan itu.Saya terus menghirup bubur itu sampai kenyang.Kenyang perutku berterusan hingga beberapa hari sehingga saya tidak inginkan makanan yang lain dalam waktu itu.

Setelah saya kembalikan bekas itu kepadanya semula dia terus beredar lagi dan dia tidak kelihatan lagi hingga kami berada di Mekah.

Pada salah satu malam di Mekah sekali lagi saya terlihat pemuda itu di pinggir kubah air zamzam.Dia sedang berdiri bersembahyang dengan penuh khusyuknya.Dalam sembahyangnya yang mengambil masa yang panjang saya terdengar suara keluh kesahnya dan suara tangisannya yang sungguh memilukan siapa yang berada di sampingnya itu.Dia terus bersembahyang rakaat demi rakaat hingga muncul waktu fajar barulah dia berhenti.Kemudian disambungnya pula dengan bertasbih dan berzikir kepada Allah.

Apabila sembahyang subuh didirikan dia turut bersembahyang jemaah dengan kami.Selesai subuh, dia lalu bertawaf mengelilingi Ka’bah 7 kali kemudian dia meminggirkan dirinya dari tempat tawaf itu menuju ke suatu tempat di pinggir masjid itu.

Saya mengikutinya dari belakang untuk melihat apa yang dibuatnya sesudah itu.Saya lihat setelah dia duduk, dia dikelilingi oleh ramai orang,mungkin pengiring2 dan pengikut-pengikutnya.Orang2 ini ternyata datang dari pelbagai tempat dan mereka bertemu setiap tahun di situ.Sebab dalam perjalanan kami saya tidak melihat seorang pun dari mereka dalam rombongan kami itu.

Saya ikut duduk di situ mengelilinginya dan orang ramai terus datang membanjirinya dari pelbagai arah dari masjid itu.Saya ingin tahu siapa sebenarnya pemuda ini?Selama ini saya lihat bermacam-macam keajaiban daripadanya tetapi tidak terlintas hendak bertanya siapa gerangan pemuda ini.

“Wahai saudara!Boleh saya bertanya sedikit?”Saya menujukan pertanyaan itu kepada seorang yang duduk di sebelahku. “Boleh,”jawabnya.

“Siapa pemuda ini?”kataku kepadanya. “Kau belum tahu?”tanyanya kembali kepadaku.Saya menggeleng-gelengkan kepalaku.

“Dia ini Musa b Ja’far b Muhammad b Ali b Husain b Ali b Abu Talib,”jawabnya tersenyum.

“Oh dari keturunan Sayyidina Ali Zainul Abidin b Husain,” kataku pula sambil mengangguk-anggukkan kepalaku.

Orang yang di sebelahku itu sengih lagi seraya berujar: “Orang yang baik dari keturunan yang baik!”

Daripada Syeikh Kamaluddin Tolhah bahawa Imam Musa al-Kazim mempunyai 37 orang anak.Yang termasyhur ialah Imam Ali ar-Ridha rodiyallahu anhum ajmain.

Moga2 Allah menurunkan rahmat berkat dari mereka sekelian serta mengurniakan manfaat bagi kita dunia dan akhirat, Amin!